“Saya tidak tau apa-apa lagi. Menjelang kapal terbalik, saya melompat
dan menyelamatkan diri, berenang ke pantai,” ujar Novendra, pelajar
kelas III SMP Negeri VI Pematangsiantar. Novendra malam itu menumpang
kapal tersebut untuk menjenguk inanguda-nya (bibinya) di Tomok.
“Saya mencoba berenang sekuat tenaga. Akhirnya saya sampai ke tepi
pantai dan langsung tidak sadarkan diri. Baru sadar setelah beberapa
jam di Puskesmas Pembantu Tomok,” ujar Ivana boru Sidabutar yang masih
merasa traumatis atas kejadian itu.
Keduanya membenarkan, mereka malam itu baru saja menyaksikan acara
hiburan artis-artis Ibukota pada penutupan Pesta Danau Toba (PDT) XVII
yang berlangsung di pentas terbuka kota wisata Parapat.
Pesta rakyat itu berakhir sekitar pukul 24.00 WIB. Begitu usai,
masyarakat yang umumnya penduduk Tomok, ramai-ramai menumpang KMP
Peldatari I yang berlayar lewat tengah malam meninggalkan dermaga
Tigaraja, di dekat Parapat, menuju Tomok.
Musibah Terbesar
Musibah KMP Peldatari I merupakan kecelakaan kapal penyeberangan
terbesar yang pernah terjadi di Danau Toba. Pada 1955, terjadi
kecelakaan di danau itu. Dua kapal saling bertabrakan, mengakibatkan
56 penumpang tewas. Kemu
dian pada 1986, kapal yang mengangkut puluhan pelajar tenggelam. Empat
penumpangnya tewas. Tahun berikutnya, kembali kapal penyeberangan
tenggelam, 23 penumpangnya tewas.
Kali ini, tahun 1997, KMP Peldatari I dengan kapasitas 70 penumpang
itu tenggelam. Kelebihan daya angkut, lalainya pemilik kapal dan
nakhoda serta masih belum berdisiplinnya masyarakat pengguna jasa
angkutan tersebut merupakan penyebab musibah di danau terbesar di Asia
Tenggara itu.
Bupati Tapanuli Utara Drs. TMH Sinaga Kamis (17/7) siang lalu di
pantai Sosor Pasir, Tomok mengatakan, sangat prihatin atas musibah
tersebut. Menghadapi masa mendatang ia meminta pemilik dan nakhoda
kapal, harus lebih hati-hati.
“Jangan bawa penumpang melebihi kapasitas,” ujarnya. Kepada masyarakat
ia meminta agar jangan mau menaiki kapal yang sudah melebihi kapasitas
angkut.
Ia membenarkan, jumlah penumpang KMP Peldatari malam itu melebihi
kapasitas. Mengutip penumpang yang selamat, jumlah penumpang malam itu
mencapai hampir 200 orang.
Seperti diungkapkan Dirjen Perhubungan Darat, Santo Budiono ketika
berada di Tomok Rabu (16/7) lalu, yang paling bertanggungjawab dalam
musibah itu adalah nakhoda dan pemilik kapal.
Sesuai dengan instruksi Menteri Perhubungan, demikian Dirjen, kasus
tenggelamnya KMP Peldatari I harus diusut tuntas. Apabila perlu,
dibawa ke Mahkamah Pelayaran.
Bagaimana nasib nakhoda KMP Peldatari I, Rispan Sihotang, 22 tahun,
hingga Jumat (18/7) pekan lalu belum diketahui. Apakah ikut tenggelam
ke dasar danau atau menyelamatkan diri, masih diusut. Sedang pemilik
kapal M. Sihotang sudah menyerahkan diri, setelah polisi melakukan
pendekatan secara kekeluargaan. Rumahnya di kawasan Sosor Pasir,
Tomok, sejak kejadian itu terus terkunci.
“Kita akan usut dan cari ke mana nakhoda kapal itu,” ujar Kapolres
Tapanuli Utara Letkol Pol. Drs. Try Utomo di Tomok. Ia menambahkan,
hingga Kamis (17/7) sudah 22 orang dimintai keterangan dalam kasus
tenggelamnya kapal itu.
Suasana Duka
Selama beberapa hari pekan lalu, setelah musibah terjadi, suasana di
Tomok benar-benar suasana duka. Kegiatan kemasyarakatan tertuju pada
upaya pencarian yang dilakukan Tim SAR. Masyarakat menyaksikan
kegiatan itu di tepi pantai Sosor Pasir, menanti apakah mayat yang
ditemukan, sanak keluarga mereka.
Begitu tim SAR muncul ke permukaan danau dan mengusung mayat, langsung
terdengar teriakan hiteris warga yang memenuhi pantai tersebut.
Keluarga yang menanti sudah siap dengan peralatan yang diperlukan.
Bahkan ada di antaranya yang sudah mempersiapkan peti jenazah.
Setelah tim SAR melakukan evakuasi, dan benar bahwa mayat yang
ditemukan adalah keluarga mereka, jenazah itu pun langsung dibawa ke
desa asalnya untuk dikebumikan. Seperti jenazah Saridin Simbolon, 37
tahun, yang ditemukan Rabu siang pukul 13.15 WIB, langsung dibawa
keluarganya ke desa asalnya di Sosor Tolong, Tomok, untuk dikebumikan
hari itu juga. Itu dilakukan, karena kondisi mayat sudah sangat
memprihatinkan. Perut menggembung, kulit mudah terkelupas dan mata
melotot.
Korban terbanyak musibah KMP Peldatari I ini adalah penduduk Tomok
(lihat daftar penumpang yang tewas), khususnya dari Dusun Sosor
Tolong, yang hanya dihuni 13 kepala keluarga. Korban yang meninggal
dari dusun itu, 28 orang. Seluruhnya adalah anak-anak remaja yang
masih sekolah dan perajin di desa itu.
S. Ambarita, 30 tahun, penduduk Sosor Tolong – empat kilometer dari
Sosor Pasir – mengatakan kepada Mutiara, “Mereka pada malam itu pergi
ke Parapat. Di sana ada hiburan rakyat, penutupan PDT,” katanya.
Ambarita mengakui, dari 28 yang ditemukan tewas itu, sebagian besar
adalah anak-anak muda perajin kayu untuk souvenir yang dijual ke Tomok
atau Parapat.
Ketika dikunjungi Rabu (16/7) lalu, Dusun Sosor Tolong begitu sepi,
mencekam dan sangat mengharukan. Hampir di setiap rumah terdengar
suara isak tangis. Keluarga Ompu J. Sinaga paling terbanyak menjadi
korban. Delapan anggota keluarga itu ditemukan tewas. Di rumah yang
terbuat dari batu (dan yang terbaik di Dusun Sosor Tolong), isak
tangis masih terdengar. Partangiangan (kebaktian) saat itu sedang
berlangsung di rumah Ompu J. Sinaga.
Kedelapan jenazah satu keluarga itu dikebumikan Selasa (15/7) lalu,
dalam satu lubang di pekuburan umum di dusun tersebut.
Selain itu, dari Dusun Parondang, delapan tewas, dan dari Dusun
Pandenabolon, lima tewas. Ketiga dusun itu saling berdekatan di
pinggir jalan lingkar Pulau Samosir.
Sangat Sulit
Kasatgas SAR Pemda Sumut, dr. Ezra Munthe kepada Mutiara mengatakan,
upaya pencarian korban lainnya sangat sulit dilakukan, karena dasar
danau yang gelap dan beralur-alur seperti aliran sungai.
Upaya pencarian dilakukan dengan mengerahkan puluhan penyelam dari SAR
Brimob, empat orang, Pemda Sumut, lima orang, Lantamal, sebelas orang,
SAR Marinir, tujuh orang, Basarnas, tiga orang, Sat Pol Air, seorang.
Mereka mengatakan, ada korban yang terhimpit kursi, balok-balok,
sehingga sulit untuk diangkat. Pada kedalaman 60 meter, penyelam hanya
mempunyai waktu yang singkat untuk bisa bertahan di dalam air. Diduga,
di antara korban yang tidak berhasil diselamatkan, terperangkap di
bawah tenda KMP Peldatari yang menutupi mereka di dasar danau.
Dokter Ezra Munthe membenarkan, tenda itu sulit diangkat walau sudah
dicoba beberapa kali sejak Rabu (16/7) siang. Namun pengikatnya
terputus dan tenda kembali turun ke dasar danau.
Ia mengakui, pada kedalaman serupa itu, semua bisa terjadi.
Bagian-bagian yang berlubang sangat sensitif terhadap gangguan. Jadi
para penyelam harus ekstra hati-hati. “Gigi saya yang sudah disemen
juga mengalami gangguan ketika berada di dalam air. Jadi kami tidak
bisa bertahan terlalu lama,” ujar dr. Ezra yang langsung memimpin
pencarian sampai ke dasar danau.
Bersyukur, tim SAR mendapat bantuan sukarela dua penyelam Perancis
yang kebetulan sedang berwisata di Tomok. Kedua turis itu, Nicolas
Luzinski, 31 tahun, dan Armel Maziere, 29 tahun, sudah dua minggu di
Tomok, dan sudah merencanakan meninggalkan Tomok pada hari Selasa
(15/7).
Namun setelah mengetahui musibah tersebut, keduanya yang datang
bersama istri masing-masing menunda keberangkatan mereka dan ikut
menyelam ke dasar danau. Nicolas yang memiliki sertifikat penyelam
dari Open Water Divers itu sa-ngat membantu, sedikitnya 13 jenazah
berhasil diangkatnya dari dasar danau sejak hari pertama (Senin, 14/7)
hingga Rabu (16/7).
“Kita sangat berterima kasih kepada kedua penyelam asal Perancis
tersebut. Kemanusiaan mereka cukup tinggi. Mereka datang sendiri dan
bergabung dengan Tim SAR,” ujar dr. Ezra Munthe.
Setelah 83 jenazah ditemukan, upaya pencarian sejak Jumat (18/7)
dihentikan sementara. “Kita hentikan sementara pencarian. Pemda Taput
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuannya,” ujar Bupati Taput, Drs. TMH Sinaga.
Pesta rakyat berlangsung di Parapat. Musibah dan duka yang tidak akan
terlupakan terjadi di perairan Sosor Pasir, Tomok, hanya karena
kelalaian.
Naskah dan foto: – Syafaruddin Lubis
Korban yang ditemukan Rabu (16/7), sedang diidentifikasi di pantai
Sosor Pasir, Tomok.
Korban yang ditemukan, Rabu (16/7, dievakuasi di pantai Sosor Pasir,
Tomok.